Politikus Golkar Dedi Mulyadi (Foto: Istimewa)

SATUMERAHPUTIH.COM, JAKARTA – Kader Partai Golkar Dedi Mulyadi dinilai lebih dipilih oleh responden menjadi Presiden RI ketimbang ketua umumnya Airlangga Hartarto. Penilaian ini  berdasarkan hasil survei Lembaga Indikator Politik Indonesia  yang dirilis  belum lama ini terkait dengan calon presiden (Capres).

Politikus senior Partai Golkar Melchias Markus Mekeng menanggapi hasil survei itu dengan mengatakan jika  Dedi Mulyadi sudah intens melakukan publikasi di media sosialnya dengan terjun langsung ke masyarakat. Dedi Mulyadi hadir dan melihat fenomena-fenomena di tengah masyarakat. Ia hadir untuk menjembatani sekat-sekat sosial di tengah masyarakat.

“Kalau saya melihat Dedi Mulyadi di Top Of Mind itu tinggi ya.  Kita semua tahu publikasi dia di media sosial cukup bagus, dan masyarakat senang dengan gaya Dedi Mulyadi dengan merangkul masyarakat, menyelesaikan masalah masyarakat. Tidak ada jarak antara dia dan masyarakat siapapun itu sampai itu sampai di lapis bawah,” ujar Mekeng, Senin (10/1/2022).

Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi Partai Golkar ini juga mengatakan lebih lanjut bahwa cara pendekatan Dedi  seperti itu membuat ia meraih simpati dari masyarakat. Menurut Mekeng, gaya Dedi itu mirip seperti Joko Widodo ketika hendak mencalonkan diri sebagai presiden RI 2014 silam.

“Saat ini masyarakat masih menginginkan tipe pemimpin seperti pak Jokowi yang tampil di kancah perpolitikan nasional 2014 lalu. Modelnya seperti itu, nah Dedi Mulyadi memiliki tipikal yang sama dengan pak Jokowiā€¯, kata Mekeng.

Mekeng pun berpesan kepada ketua umumnya Airlangga Hartarto dan juga tokoh-tokoh lainnya untuk bisa berbenah diri menaikkan elektabilitasnya. Sebab dia meyakini Indikator Politik Indonesia adalah lembaga yang kredibel dan tidak bisa dibayar hanya karena pesanan tertentu.

“Jadi orang-orang di bawahnya Dedi enggak boleh kebakaran jenggot karena ini realita dan saya yakin Burhanuddin Muhtadi tidak bisa dibayar dengan model-model begitu,” terangnya.

“Kalau ada yang ingin jadi pemimpin dan masih di bawah (elektabilitasnya-Red) ya berubahlah gayanya, supaya bisa menguber menjadi yang di atas. Semuanya termasuk Pak Airlangga, karena ini fakta,” pungkas Mekeng.

Legislator Partai Golkar asal Nusa Tengara Timur itu juga berharap agar ketua umumnya Airlangga Hartarto lebih banyak turun dan menyapa masyarakat. Dengan begitu masyarakat akan mengetahui, mengela dan simpatik hingga akhirnya bisa elektabilitas Airlangga bisa ikut terangkat.

“Kalau kader tentunya akan melakukan sosialisasi, tapi yang bersangkutan (Airlangga Hartarto-Red) juga harus sosialisasi, harus turun ke rakyat, harus menyapa rakyat. Kalau mau jadi Presiden harus capek, enggak bisa hanya main di media sosial di ibu kota terus seolah-olah rakyat tahu. Enggak semua rakyat yang di bawah misalnya petani tahu. Ya harus turun,” pungkasnya.

Adapun temuan Survei Indikator Politik Indonesia memaparkan ‘Top Of Mind Pilihan Presiden’. Di survei tersebut Indikator mengajukan pertanyaan siapa yang dipilih oleh masyarakat menjadi Presiden RI jika Pilpres dipilih saat ini.

Kader Partai Golkar Dedi Mulyadi lebih dipilih oleh responden menjadi Presiden RI ketimbang ketua umumnya Airlangga Hartarto. Hal ini berdasarkan temuan dari lembaga Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei terbarunya terkait dengan calon presiden (Capres).

Menanggapi hal tersebut, politikus senior Partai Golkar Melchias Markus Mekeng mengakui memang Dedi Mulyadi sudah intens melakukan publikasi di media sosialnya dengan terjun langsung ke masyarakat. Salah satunya melihat fenomena-fenomena yang ada di masyarakat. Sehingga tidak ada sekat antara masyarakat dengan Dedi Mulyadi.

“Kalau saya melihat Dedi Mulyadi di Top Of Mind itu tinggi ya kita semua tahu dia publikasi di media sosial cukup bagus, dan masyarakat senang dengan gaya Dedi Mulyadi dengan merangkul masyarakat, menyelesaikan masalah masyarakat. Tidak ada jarak antara dia dan masyarakat siapapun itu sampai itu sampai di lapis bawah,” ujar Mekeng, Senin (10/1/2022).

Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi Partai Golkar ini mengatakan, pendekatan turun kebawah membuat Dedi Mulyadi meraih simpati dari masyarakat. Mekeng pun teringat  apabila gaya Dedi Mulyadi mirip seperti Joko Widodo (Jokowi) di 2014 silam saat mau jadi calon Presiden RI.

“Jadi ini yang sebetulnya yang diinginkan oleh masyarakat yakni pemimpin seperti Pak Jokowi muncul waktu 2014 kan modelnya seperti itu, nah Dedi Mulyadi jmodelnya seperti itu,” katanya.

Mekeng lantas berpesan kepada ketua umumnya Airlangga Hartarto dan juga tokoh-tokoh lainnya untuk bisa berbenah diri menaikkan elektabilitasnya. Sebab dia meyakini Indikator Politik Indonesia adalah lembaga yang kredibel dan tidak bisa dibayar hanya karena pesanan tertentu.

“Jadi orang-orang di bawahnya Dedi enggak boleh kebakaran jenggot karena ini realita dan saya yakin Burhanuddin Muhtadi tidak bisa dibayar dengan model-model begitu,” ungkapnya.

“Kalau ada yang ingin jadi pemimpin dan masih di bawah (elektabilitasnya-Red) ya berubahlah gayanya, supaya bisa menguber menjadi yang di atas. Semuanya termasuk Pak Airlangga, karena ini fakta,” tambahnya.

Legislator Partai Golkar itu juga berharap agar ketua umumnya Airlangga Hartarto lebih bisa turun menyapa masyarakat. Karena dengan begitu masyarakat akan mengetahui dan simpati. Sehingga elektabilitas Airlangga bisa ikut terangkat.

“Kalau kader tentunya akan melakukan sosialisasi, tapi yang berangkutan (Airlangga Hartarto-Red) juga harus sosialisasi, harus turun ke rakyat, harus menyapa rakyat. Kalau mau jadi Presiden harus capek, enggak bisa hanya main di media sosial di ibu kota terus seolah-olah rakyat tahu. Enggak semua rakyat yang di bawah misalnya petani tahu. Ya harus turun,” pungkasnya.

Adapun temuan Survei Indikator Politik Indonesia memaparkan Top Of Mind Pilihan Presiden’. Di survei tersebut Indikator mengajukan pertanyaan siapa yang dipilih oleh masyarakat menjadi Presiden RI jika Pilpres dipilih saat ini.

Hasil survei tersebut menempati yang urutan pertama adalah nama Joko Widodo (Jokowi) dengan persentase 20,8 persen. Namun yang menarik ada nama kader Partai Golkar Dedi Mulyadi yang dipilih responden. Dia menempati urutan ke-9 dengan persentase 1.0 persen.

Sementara Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto berada diposisi ke-29 dengan persentase dipilih responden sebesar 0,1 persen.

Hasil ini diperoleh Indikator Politik Indonesia dari survei yang dilakukan terhadap masyarakat berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dengan metode multistage random sampling pada 6-11 Desember 2021.

Survei melibatkan 2020 responden dengan jumlah sampel basis sebanyak 1.220 orang yang tersebar proporsional di 34 provinsi serta dilakukan penambahan sebanyak 800 responden di Jawa Timur. Ukuran sampel basis 1.220 responden memiliki toleransi kesalahan atau margin of error sekitar 2.9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. (FN)