SATUMERAHPUTIH.COM, JAKARTA – Adalah Benedetto Croce, seorang filsuf, sejarawan, dan politikus terkenal asal  Italia. Croce lahir  pada 25 Februari 1866 di Pescasseroli, Italia dan meninggal pada 25 November 1952. Sosoknya dianggap salah satu yang paling berpengaruh di negaranya selama paruh pertama abad ke-20. Meskipun ia adalah pembela liberalisme, pembaca dapat menemukan kekuatan karya intelektualnya dalam pemikir berhaluan Marxis seperti Antonio Gramsci atau juga pemikir berhaluan fasis seperti Giovanni Gentile. Croce memiliki beberapa ide yang berhaluan liberal meskipun ia menolak ajaran ekonomi liberal laissez-faire.

Perjalanan hidupnya diwarnai dengan tragedi yang dikemudian hari turut mempengaruhi keyakinan religiusnya. Croce memiliki latar belakang keluarga kaya raya. Namun, ia menderita tragedi menjadi anak yatim ketika gempa bumi membunuh orang tua dan saudara perempuannya. Beberapa penulis biografi mengaitkan fakta ini dengan hilangnya kepercayaan religius dari Croce, yang menyatakan dirinya seorang ateis meskipun pada kenyataannya, di masa muda pertamanya, ia mempertimbangkan untuk mengenakan kebiasaan itu.

Benedetto Croce menjadi sangat terkenal karena pandangannya terhadap sejarah yang tak lain merupakan pengembangan dari pandangan A.C Jemolo tentang otonomi fakta di dalam sejarah. Seperti ditulis dalam Buku “Sejarah Sebagai Locus Philosophicus et Teologicus” karya Eddy Kristiyanto, OFM, Croce menegaskan bahwa semua sejarah adalah sejarah kontemporer. Artinya, bahwa sejarah secara hakiki terdiri atas pandangan masa lalu melalui mata kekinian, dan bahwa karya utama sejarawan bukan pertama-tama untuk merekam, melainkan untuk mengevaluasi, menganalisis serta membedah peristiwa historis.

Pandangan Croce tersebut mendapat bantahan dari sejarawan lain Carl Becker dengan ungkapan provokatif bahwa fakta historis tidak pernah ada sampai sejarawan menciptakan. Dengan kata lain, fakta historis itu diciptakan oleh sejarawan. Jelas terdapat pertentangan di antara Croce dan Becker. Yang pertama melihat fakta historis itu sebagai sesuatu yang lampau, yang telah ada meskipun tanpa ada sejarawan sekalipun. Sementara, yang kedua mengandaikan ada actus dari sejarawan. Tanpa ada penciptaaan oleh sejarawan, fakta historis tak pernah ada.

Penulis: John Laba

Sumber utama: Buku Sejarah sebagai Locus Philosophicus et Theologicus