JAKARTA, Satumerahputih.com – Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) menyetujui Rancangan Anggaran Tahunan Bank Indonesia (RATBI) Operasional tahun 2023 dalam rapat kerja Komisi XI DPR RI dengan Gubernur BI di Ruang Rapat Komisi XI DPR RI Rabu (23/11/2022).

Bank Indonesia menyusun anggaran RATBI 2023 dengan menggunakan indikator asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 4,37% yoy, inflasi sebesar 3,61% yoy, dan nilai tukar dolar sebesar Rp 15.070/US$.

Dengan asumsi tersebut, rencana anggaran penerimaan operasional Bank Indonesia Tahun Anggaran 2023 yang disetujui sebesar Rp 28,66 triliun. Anggaran penerimaan ini naik 0,86% atau setara dengan Rp 243,4 miliar dibandingkan dengan ATBI tahun 2022.

Postur anggaran penerimaan operasional 2023 ini direncanakan berasal penerimaan hasil pengelolaan aset valas sebesar Rp 28,6 triliun dan operasional kegiatan pendukung sebesar Rp 4,2 miliar serta penerimaan administrasi sebesar Rp 55,3 miliar.

Adapun rincian penerimaan hasil pengelolaan aset valas bersumber dari 4 pos anggaran. Pertama dari bunga rekening giro sebesar Rp 15,7 miliar, angka ini naik 572,76% dari ATBI sebelumnya karena penyesuaian strategi alokasi di tahun 2023. Kedua, dari bunga deposito sebesar Rp 910 miliar, angka ini naik 398% dari ATBI Operasional 2022 yang disebabkan oleh peningkatan suku bunga global. Ketiga, dari surat-surat berharga sebesar Rp 27,6 triliun, angka ini turun 1,7% dari ATBI 2022 disebabkan proyeksi penerimaan kupon yang diperkirakan akan lebih rendah. Keempat, transaksi valas lainnya sebesar Rp 733,3 juta, angka ini turun 23,87% dari ATBI 2022 dikarenakan asumsi penerimaan lainnya dalam valas.

Sementara itu, penerimaan dari operasional kegiatan pendukung 2023 senilai Rp 4,2 miliar ini diperkirakan menurun 21,45% dari ATBI 2022 dikarenakan penurunan pendapatan sewa persil dan bangunan akibat terdampak COVID19, sedangkan penerimaan dari penjualan inventaris diprognosa tetap. Adapun rincian pos anggarannya pertama penjualan inventaris sebesar Rp 1,6 miliar dan sewa persil dan bangunan sebesar Rp 2,6 miliar.

Selain itu, untuk penerimaan administrasi sebesar Rp 55,3 miliar bersumber dari denda administrasi sebesar Rp 478,8 juta, tagihan eks kredit likuiditas Bank Indonesia yang tidak direncanakan, serta penerimaan lainnya sebesar Rp 54,8 miliar.

 Sedangkan untuk rencana anggaran pengeluaran operasional BI 2023 disetujui sebesar Rp 15,4 triliun. Adapun anggaran pengeluaran ini diperuntukan untuk pemberian gaji dan penghasilan lainnya sebesar Rp 4,7 triliun dan manajemen sumber daya manusia Rp 3 triliun.

Selain itu, pengeluaran juga diperuntukkan untuk logistik sebesar Rp 2,5 triliun, penyelenggaraan operasional kegiatan pendukung sebesar Rp 2,06 triliun, program sosial BI dan pemberdayaan sektor riil dan UMKM sebesar Rp 1,2 triliun, pengeluaran untuk pajak sebesar Rp 1,4 triliun, serta cadangan anggaran sebesar Rp 377,9 miliar.

“Saya kira kita sudah sepakat, untuk itu kalau kita sudah sepakat ini saya akan ketuk satu kali lagi, yang tentang pengambilan keputusan rencana anggaran tahunan Bank Indonesia, sepakat ya,” ujar pimpinan rapat Kahar Muzakir di Komisi XI DPR RI.

“Komitmen kami, kami akan terus bersinergi dengan pemerintah di masa-masa yang sangat sulit, kami sudah 3 tahun ini terus bersinergi,” respon Gubernur BI Perry Warjiyo setelah disepakatinya RATBI 2023.

Menanggapi beberapa pertanyaan tersebut, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menjelaskan bahwa angka asumsi nilai tukar sebesar Rp15.070 merupakan titik tengah dari pernyataan yang pernah disampaikan oleh BI pada pembahasan sebelumnya yaitu pada rentang Rp.14.800 – Rp 15.200. Asumsi tersebut merupakan hasil kalibrasi ulang setelah berbagai peristiwa yang terjadi pada Juli – November 2022.

“Nilai tukarnya sekarang Rp15.500 – Rp15.600. Kami coba memang ke titik tengah yang kami sampaikan dulu yaitu Rp15.000. Jadi ini titik tengah. Ini pun dengan kejadian dari Juli sampai sekarang ini perlu effort yang luar biasa. Sekarang (nilai tukar) Rp15.500 – Rp15.600 dan dunia masih bergejolak kami mencoba ke titik tengah yang pernah kami sampaikan dulu Rp.14.800 – Rp 15.200 supaya kami juga konsisten. Dulu kami pernah menyampaikan titik tengahnya Rp15.000 (maka) kami menyampaikan Rp15.000,” jelas Perry.

“Untuk tahun 2023, pemerintah masih meneruskan subsidi sehingga kenaikan harga2 dalam negeri bisa lebih terkendali dan kami tidak perlu menaikkan suku bunga lebih awal. kami juga akan terus melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah agar terus bisa mengendalikan inflasi dan stabilitas ekonomi kita, ketiga kami akan terus melakukan dorongan bagi pertumbuhan-pertumbuhan khususnya mengenai berbagai insentif dari makroprudensial terus kami lakukan,” ujarnya.

Perry juga secara spesifik menyampaikan bentuk dukungan BI terhadap Keketuaan ASEAN salah satunya mengenai ambisi integrasi sistem pembayaran ASEAN.

“Setelah kesuksesan G20 kami siap mendukung keketuaan Indonesia di ASEAN 2023, dengan fokus BI penguatan koordinasi fiskal moneter dan stabilitas sisi keuangan untuk menghadapi dampak gejolak global, dan fokus kedua berkaitan dengan kerja sama sistem pembiayaan ASEAN yang kemarin sudah ditandatangani ada 5 negara ASEAN,tahun depan kami akan meluas ke seluruh ASEAN,” paparnya.

(FX)