Oleh : Agus Widjajanto
Kabar mengejutkan diberitakan dari Janes berita pertahanan dan militer terpercaya, bahwa Rusia telah secara resmi meminta ijin menempatkan Kekuatan militer nya di Asia jauh , yakni penempatan Pesawat pembom jarak jauh strategis yang bisa mengusung bom Nuklir dan senjata strategis, di pangkalan militer Manahua , Biak papua.
Indonesia walaupun merupakan negara non blok yang tidak berafiliasi dengan pertahanan militer manapun yang mempunyai politik bebas aktif, perlu adanya keseimbangan kekuatan militer kawasan dimana Amerika Serikat bersama Australia dan Inggris telah mebentuk aliansi pertahanan bersama bernama AUKUS untuk membendung kekuatan China, diseberang Laut china selatan. Australia sendiri secara teritorial tidak berhadapan dan berbatasan langsung dengan China, dimana tetangga utara nya adalah justru wilayah Indonesia. Ini yang mungkin harus diwaspadai, jangan sampai mendayung satu kali dua pulau terlapaui. Dimana bisa saja karena situasi dan kondisi politis kawasan dan global, secara politis AUKUS ditujukan untuk menghadapi kekuatan China, akan tetapi dikawatirkan mempunyai agenda tersembunyi justru suatu saat tetangga terdekat lah sebetul nya yang jadi incaran tersembunyi.
Belajar dari kasus lepasnya Timor Timur dimana interfensi dari Australia merupakan motor penggerak lepasnya hingga dikirim sebagai pengamanan dalam jejak pendapat saat itu, yang hampir saja terjadi gesekan antara tertara Australia dan TNI saat itu, apalagi jarak antara kota Darwin yang merupakan pangkalan Militer dimana Amerika Serikat telah menempatkan Marinir di Darwin sebanyak 2500 persolil dan diperkirakan bertambah dua kali lipat saat ini, hanya berjarak 1000 Mil, dari terotorial Indonesia di Nusa Tenggara Timur.
Dari Bandara militer Manahua sendiri Darwin berjarak kurang lebih 2200 Km, yang tentu setelah adanya berita dari media militer pertahanan Janes, Australia lah yang paling panik dengan kabar akan ditempatkan nya Pesawat Pembom Strategis jarak jauh Rusia di Kota Biak tersebut.
Pesawat pembom jarak jauh Rusia yang dimaksud adalah Tupolev Tu-95, sebuah pesawat pengebom strategis bermesin empat turboprop Kuznetsov NK-12M. Menurut laporan Janes, Rusia dilaporkan meminta izin untuk menempatkan pesawat pembom Tu-95 dan pesawat angkut Il-76 di Pangkalan Angkatan Udara Manuhua di Biak, Papua. Namun, pemerintah Indonesia membantah laporan tersebut.
Spesifikasi Pesawat Tupolev Tu-95 :
– Jenis : Pesawat pengebom strategis
– Mesin : Empat turboprop Kuznetsov NK-12M
– Kecepatan : 920 km/jam
– Jarak tempuh : 7.000 km
– Bahan bakar : 20 ton per penerbangan
– Kemampuan : Mengangkut bom nuklir seberat 27 ton
Pangkalan Angkatan Udara Manuhua di Biak, Papua, memiliki posisi geografis strategis dan berbagi landasan dengan Bandara Frans Kaisiepo. Namun, Kementerian Pertahanan Indonesia menegaskan tidak ada rencana untuk menempatkan pesawat militer Rusia di pangkalan tersebut
Menurut penulis hal ini merupakan adu strategi pertahanan antara Indonesia dengan AUKUS, dimana Indonesia telah memberikan pesan Warning (Peringatan) bahwa jangan bermain api dengan kami, dimana kami pun bisa menjangkau wilayah kalian, dimana walaupun sebagai negara Non Blok yang berpolitik luar negeri bebas aktif tapi kami mempunyai teman sehati, kawan sejati yang siap membantu.
Tidak heran apabila Alat Utama Sistem persenjataan untuk pertahanan berasal dari Perancis, dan sedang dibuat perjanjian kerjasama dengan Turki, walaupun TNI dan Departemen Pertahanan Indonesia sendiri membantah kabar tersebut yang menyatakan tidak akan memberikan ijin Pesawat Pembom Strategis jarak jauh dari Rusia ditempatkan di Lapangan udara Manahua, Biak, Papua. Hal ini juga memberikan pesan yang secara ekplisit jangan pernah mengganggu keberadaan Papua dalam bingkai NKRI. Artinya dunia saat ini telah terbelah dua blok besar dan Indonesia harus cerdik menempatkan diri di antara keduanya, mengingat wilayah NKRI sangat strategis di kawasan Indo Pasifik. Dan merupakan jalur utama perdagangan dunia yang harus melewati selat Malaka, ALKI 1 dan ALKI 2.
Dunia memang saat ini mengalami kondisi ketidakpastian, dimana setiap negara telah mempersiapkan kondisi terburuk, wakaupun dipermukaan seperti bersahabat tapi kewaspadaan tetap terjaga.
Dan kondisi ekonomi yang menurun dratis diseluruh dunia, yang mendekati resesi Global, hampir mirip dengan menjelang meletus nya perang Dunia ke dua.
Resesi ekonomi dunia sebelum Perang Dunia II dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk krisis ekonomi global pada tahun 1929, yang dikenal sebagai Depresi Besar. Berikut beberapa peristiwa penting yang mempengaruhi ekonomi dunia sebelum Perang Dunia II :
– Depresi Besar (1929-1939) : Krisis ekonomi global yang berlangsung selama satu dekade, menyebabkan pengangguran massal, penurunan produksi, dan penurunan harga barang.
– Krisis Keuangan (1929) : Keruntuhan pasar saham pada 24 Oktober 1929, yang memicu krisis keuangan global.
– Pengaruh Perang Dunia I (1914-1918) : Perang Dunia I menyebabkan kerusakan ekonomi yang signifikan, termasuk inflasi, pengangguran, dan penurunan produksi.
– Kebijakan Ekonomi : Kebijakan ekonomi yang tidak tepat, seperti proteksionisme dan isolasionisme, memperburuk krisis ekonomi.
– Pengaruh Politik : Ketegangan politik dan konflik antar negara, seperti bangkitnya Nazi di Jerman, juga mempengaruhi ekonomi dunia.
Dampak dari peristiwa-peristiwa ini sangat luas, termasuk :
– Pengangguran Massal : Tingkat pengangguran yang tinggi di banyak negara.
– Penurunan Produksi : Penurunan produksi barang dan jasa.
– Penurunan Harga : Penurunan harga barang dan jasa.
– Ketegangan Politik : Ketegangan politik dan konflik antar negara yang meningkat.
Jadi Indonesia dengan cerdik menari dengan strategi politik yang penuh muslihat, untuk meredam ketegangan kawasan Indo Pasifik agar AUKUS tidak gegabah mengambil keputusan yang sangat fatal dan jumawa sebagai aliansi militer yang menganggap bisa mendekte kawasan dimasa datang dengan memberikan peralatan militer tercanggih kepada Australia yang bisa memicu perlombaan senjata di kawasan yakni burapa pesawat generasi ke lima dan kapal selam nuklir.
Dalam kaitan dengan China dimana China Tiongkok sendiri merupakan partner dagang dan investasi terbesar dengan Indonesia, dan hal ini jadi pertimbangan matang tidak akan terjadi konflik antar kedua negara. Disamping dari segi sejarah telah berabad-abad terjadi hubungan budaya , dan perdagangan antara China dan Indonesia, walau pada masa pecahnya Peristiwa 1965, terjadi ketegangan penurunan tensi hubungan antar keduanya karena politik strategis pengaruh paham komunisme .
Indonesia baru-baru ini kedatangan pejabat tinggi keamanan Kremlin, Sergei Shoigu, yang merupakan tangan kanan Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia melakukan pertemuan dengan Presiden Prabowo Subianto dan Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin untuk berunding pada 25 Februari 2025. Kunjungan ini disoroti oleh sejumlah media asing, termasuk media Rusia, The Moskow Times.
Penulis adalah praktisi hukum, pemerhati sosial budaya, politik, hukum dan sejarah bangsanya.
Komentar Terakhir