Rabu kemarin (12/3/2025) jagad sosmed dihebokan dengan beredar luasnya foto Presiden Senegal Bassirou Diomaye Faye. Sebuah caption menarik turut disertakan bersama foto Faye, seakan hendak menerangkan siapa sebenarnya sosok Presiden kelima dan termuda (45) sepanjang sejarah Senegal.
Seperti apa caption pada foto Faye? Saya ingin menulis ulang di sini untuk kita. Begini.
“Saya tidak ingin foto-foto saya ada di kantor Anda karena saya bukanlah dewa atau ikon—saya adalah pelayan bangsa. Sebaliknya, pajanglah foto anak-anak Anda dan lihatlah foto-foto itu setiap kali Anda perlu mengambil keputusan. Dan jika godaan untuk mencuri muncul, perhatikan baik-baik foto keluarga Anda dan tanyakan pada diri Anda sendiri apakah mereka pantas menjadi keluarga pencuri yang telah mengkhianati bangsa”, kata Faye.
Rupanya, kata-kata Faye itu viral setelah diberitakan sebuah media yang berbasis di Zambia, Zambian Observer. Pada momen bersejarah, saat pelantikanya sebagai Presiden Senegal pada 2 April 2024 lalu Faye ingin mengubah kompas perjalanan bangsanya. Dengan kata pun dengan sikap dan tindakan.
Apa yang terlihat dari kata-kata Faye itu sesungguhnya mengungkap kerendahan hatinya sebagai seorang Presiden. Meski memiliki kekuasaan (eksekutif), Faye rela menyingkirkan egonya. Ia tak mau fotonya dipajang di kantor-kantor Pemerintah. Di sekolah, rumah sakit dan tempat-tempat publik lainnya.
Sebaliknya, ia melawan egonya dengan semangat altruis. Meminta para pejabat pemerintah atau siapapun yang bekerja di tempat tempat publik untuk tidak memajang fotonya tetapi foto anak-anaknya. Tentu ini bukan perkara mudah. Terlebih dalam semangat zaman sekarang di mana diri (self) – selfis – lebih penting dari yang lain.
Setiap hari media sosial dibanjiri foto-foto diri. Mulai dari tokoh terkenal seperti para artis sampai yang tidak terkenal sekalipun. Semuanya menghiasi sosial media. Rona sosmed dengan nuansa selfi itu lantas mengabaikan yang lain.
Dengan memajang foto anak, Faye, seperti Emanuel Levinas dengan pemikiran filosofisnya mengenai “aku yang lain”, ingin menghadirkan sebuah kesadaran etis personal. Manakala seorang pejabat hendak melakukan perbuatan korputif, foto anaknya itu (barangkali) bisa menggugah tanggung jawab etis menjadi penjaga bagi ayah atau ibunya.
Daripada capek-capek kejar koruptor sampai ke Antartika bahkan ke bulan sekalipun, langkah sederhana Faye bisa menginspirasi kita. Terlebih ketika korupsi di negara kita tercinta ini, Indonesia, kian menggurita.
Dengan menghadirkan sebuah kesadaran etis di awal, kita mengusulkan kepada Bapak Presiden Prabowo agar segera menyerukan kepada setiap pejabat publik di kantor kantor Pemerintah untuk mengganti fotonya dengan foto anak dan keluarga.
Wassalam….
John Laba
Komentar Terakhir