SATUMERAHPUTIH.COM, JAKARTA – “Ata Lembata”, sebuah group whats app kalangan masyarakat Lembata baik yang berada di Lembata maupun yang berada di luar Lembata. Sejak pagi antusias membahas pernyataan Plt. Bupati Lembata, “Jangan takut dengan bupati, sekda, kadis. Saya dengar PLT kadis PMD mengancam-mengancam orang. Hebat sekali. Bagus itu, hentikan. Hentikan semua yang mengintimidasi masyarakat, staf dan masyarakat kita. Kalau diantara kita sudah tidak saling menghargai, siapa lagi yang menghargai kita”, ungkap Plt. Bupati Lembata, Thomas Ola di hadapan para Kades dari dua kecamatan, Ile Ape dan Ile Ape Timur, Selasa 03/08.

Pernyataan di atas disinyalir sebagai, upaya menggoyang birokrat di Lembata. Disinyalir ada pihak tertentu yang mulai mengobok-obok dengan memanfaatkan situasi dan kondisi pasca mangkatnya almarhum Eliaser Yentji Sunur, ST., MT., Pelaksana Tugas Bupati Lembata, Thomas Ola, S.E., M.Si., diduga berhasil diprovokasi untuk “menohok” Plt. Kadis Pemberdayaan Masyarakat Desa, Paskalis Yoseph Setet, sinyalemen ini dilontarkan oleh

Sekretaris DPD II Partai Golkar Lembata, Petrus Bala Wukak, SH ketika berdiskusi dengan sejumlah wartawan di Lewoleba, Rabu 04/08. Dia melontarkan itu terkait pernyataan Plt.  Bupati Lembata, Thomas Ola bahwa Plt. Kadis PMD mengintimidasi. Hanya Wabup Lembata ini tidak menyebut siapa yang diintimidasi. Pernyataan ini saya kami kutip dari media AKSINEWS.ID

Sebaliknya, anggota DPRD Lembata dari Fraksi PDIP, Gabriel Raring justru mendukung teguran Plt Bupati Thomas itu. Gabriel Raring bahkan mengapresiasi ketegasan Plt Bupati Lembata itu dalam menegur bawahannya secara terbuka, sebagaimana ditulis media NUSALONTAR.COM

“Lanjutkan Bapak Plt. Bupati Lembata, dengan ketegasan tutur dan sikap di sisa waktu kepemimpinan yang tinggal 10 bulan ini. Di pundak Bapak bergelantungan harapan seluruh masyarakat Lembata. Luruskan yang bengkok-bengkok, ratakan yang lekak-lekuk, dan bersihkan sampah-sampah yang tercecer dan berserakan di mana-mana. Letakkan dasar yang kuat, sebelum Bapak mengakhiri masa jabatan, biar ujungnya happy ending. Semoga Tuhan dan leluhur Lewo Tanah memberkati dan selalu bersama Bapak,” tutup Gabriel lebih lanjut.

Ilustrasi salah satu obyek wisata di Lembata

Tulisan berbagai media lokal Lembata, semenjak hampir satu bulan menjabat sebagai Plt. Bupati, saya tidak menemukan satupun program yang menjadi prioritas untuk 10 bulan sisa masa jabatan ini. Sebagian besar pernyataan yang dilontarkan oleh Plt. Bupati Lembata terkesan politis dan ragu-ragu.

Betul, Thomas Ola sangat tegas menuding, “Saya dengar PLT kadis PMD mengancam-mengancam orang”. Atau “Jangan menunggu petunjuk. Bapa mohon petunjuk, jangan. Kalau sudah tahu, kerjakan, laporkan. Dapat kendala baru mohon petunjuk. Asisten ada tiga orang, ada Pak Sekda, ada saya”. Dua pernyataan ini sangat tegas dan jelas, saya tidak menafihkan ketegasan beliau ini.

Tidak ada lagi ancam mengancam atau jangan lagi menunggu petunjuk? Inikah harapan masyarakat Lembata bagi Plt. Bupati Lembata dalam 10 bulan sisa masa jabatan ini?

Saya melihat ini sebagai kegamangan seorang Thomas Ola. Beliau gamang dan ragu bisa menghasilkan sesuatu untuk menjadi legacy-nya kelak. Mimpi PAD Lembata Rp 100 miliar di akhir 2021 bisa jadi gagal total. Rencana membangun jalan dari Mingar menuju Wulandoni mungkin hanya akan ada di atas kertas.  

NTTSATU.COM melaporkan pada Kamis, 05/08, “Sekretaris Daerah Kabupaten Lembata, Pakalis Ola Tapobali selaku Ketua Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan kini ditugaskan Pelaksana Tugas Bupati Lembata, Thomas Ola memimpin Tim untuk menyusun mutasi para pejabat Eselon 2, Eselon 3 dan Eselon 4 lingkup Pemkab Lembata sesuai sistem dan regulasi yang berlaku”.

Ada 4 prioritas program untuk sisa jabatan 10 bulan ke depan ini. Pertama, melakukan mutasi jabatan eselon 2, 3 dan 4. Kedua, mengatasi kelangkaan BBM. Ketiga, renovasi Pelabuhan Lewoleba dan keempat, pembangunan, pengaspalan jalan dan penataan kota Lewoleba. 

Thomas Ola sangat yakin bisa melaksanakan program pertama, mutasi birokrat. Kelangkaan BBM sangat tergantung kemauan baik dari PT Hikam dan PT Yasindo, dia kurang yakin akan keberhasilan program ini.

Program ketiga dan keempat, beliau cukup paham akan tingkat kegagalan program ini. Jelas terbaca kegamangan tersebut sebagaimana disampaikan oleh Sekda Tapobali. Soal dermaga Lewoleba, ada dua sertifiat kepemilikan – milik Pemda Lembata dan satu sertifikat lagi milik Pemerintah Pusat. Jelas, harus ada kordinasi dengan Pemertintah Pusat.

Program keempat, pembangunan, pengaspalan jalan dan penataan kota Lewoleba. Beliau tampak jelas ragu akan keberhasilan program ini. Sekda sangat jelas mengatakan, bukan hanya soal pengaspalan jalan tapi aspek lain seperti drainase, lampu jalan, pengelolaan sampah serta penataan ruang kota juga perlu diperhatikan. Jadi, sebelum gagal lebih baik meletakan alasan itu dalam pernyataan awal sebagai bagian pembelaan diri di kemudian hari.    

Yang pasti, realokasi dan refocusing anggaran Covid-19 sebagaimana arahan Pemerintah Pusat, telah memotong bisa jadi setengah dari APBD Lembata 2021. 

Daripada menjanjikan sesuatu yang tidak pasti, lebih baik memutasikan Magun Petu menjadi Kadis A, mengangkat Ama Leimean menjadi Kadis B, memindahkan Reu Bando jadi Kadis C atau Magun Fikosa jadi Kadis D.

Sebagai orang Lembata, saya masih menyimpan mimpi bahwa Plt. Bupati Lembata berdiri dan mengumumkan kepada kita semua. “Dalam 10 bulan sisa masa jabatan ini, saya akan perbaiki itu dermaga Lewoleba menjadi lebih bagus lagi dan bikin aspal semua jalan dan lorong di Lewoleba ini supaya kota ini akan berubah dari kampung besar Lewoleba menjadi Ibu Kota Kabupaten Lembata.

***

Penulis: eL. krova

BSD Serpong, 05082021