Sebaran wilayah yang mengalami kenaikan suhu di atas 50 derajat celsius / 198-2020/Foto: BBC.Com

SATUMERAHPUTIH.COM, Jakarta – Beberapa wilayah di dunia dalam beberapa tahun belakangan ini masuk daftar sebagai yang mulai mengalami suhu 500 Celcius. Bertambahnya sejumlah wilayah baru tersebut menambah deretan wilayah yang sudah ada sebelumnya. Rentang hari mengalami suhu 500 Celcius dalam setahun juga telah meningkat sejak 1980. Rerata, pada periode 1980 – 2009, suhu 500 Celcius dialami sepanjang 14 hari dalam setahun. Jumlah hari bertambah menjadi 26 hari dalam setahun pada periode 2010 – 2019. Pada periode yang sama, suhu 450 Celcius ke atas terjadi rerata dua minggu dalam setahun.

Suhu seluruh dunia semakin hangat. Suhu ekstrem ini akan lebih sering terjadi. Suhu hangat sangat mengancam kelangsungan hidup manusia dan alam, termasuk bangunan, jalan, dan sektor listrik. Suhu 500 Celcius terjadi terutama di kawasan Timur Tengah dan Teluk. Italia mencapai 48,80 Celcius dan di Kanada bahkan mencapai 49,60 Celcius di musim panas tahun ini.

Ilmuwan telah memperingatkan bahwa hari dengan suhu di atas 500 Celcius akan terjadi di tempat lain kecuali kita mengurangi emisi bahan bakar fosil. Dengan emisi yang berkelanjutan dan tindakan yang minim, tidak hanya peristiwa panas ekstrem ini yang akan menjadi lebih parah dan lebih sering, dana tanggap darurat bencana dan pemulihan yang harus dialokasikan oleh pemerintah semakin meningkat.  “Kita perlu bertindak cepat. Semakin cepat kita mengurangi emisi gas rumah kaca, semakin baik bagi kita semua,” kata Dr Sihan Li, peneliti iklim di School of Geography and the Environment di University Oxford. 

Berdasarkan analisis dari BBC.com, diketahui bahwa dalam dekade terakhir, rerata peningkatan suhu sebesar 0.50 Celcius dibandingkan dengan rata-rata periode 1980-2009. Peningkatan ini tidak secara merata. Eropa Timur, Afrika bagian selatan dan Brasil mengalami kenaikan suhu maksimum lebih dari 10 Celcius, sedangkan sebagian Kutub Utara dan Timur Tengah mencatat kenaikan lebih dari 20 Celcius.

Para ilmuwan menyerukan tindakan segera dari para pemimpin dunia pada pertemuan puncak PBB di Glasgow November mendatang. Salah satu isu penting adalah pemerintah akan diminta untuk berkomitmen pada pengurangan emisi gas rumah kaca untuk membatasi kenaikan suhu global.

Diperikirakan sebanyak 1,2 miliar orang di seluruh dunia akan menghadapi suhu panas pada tahun 2100 jika tingkat pemanasan global saat ini terus berlanjut, menurut laporan studi Universitas Rutgers, AS yang diterbitkan tahun lalu. Itu setidaknya empat kali lebih banyak dari mereka yang terkena dampak hari ini.Manusia dihadapan pada pilihan sulit ketika lingkungan di sekitar berubah, panas ekstrem yang mengakibatkan kekeringan berkepanjangan dan kebakaran hutan yang lebih sering terjadi.

Di lain sisi, perubahan iklim juga merupakan kekuatan pendorong penting di balik penggurunan. Sheikh Kazem Al Kaabi, petani gandum dari sebuah desa di Irak tengah menceritakan bahwa tanah di sekitarnya dulunya cukup subur untuk menopang dia dan tetangganya, tetapi secara bertahap menjadi kering dan tandus. Semua tanah ini hijau, tapi semuanya hilang. Sekarang menjadi gurun, kering dan tandus.

Al Kaabi mengatakan lebih lanjut bahwa hampir semua orang dari desanya telah pindah untuk mencari pekerjaan di provinsi lain.

“Saya kehilangan saudara laki-laki saya, teman-teman dan tetangga. Mereka berbagi segalanya dengan saya, bahkan tawa saya. Sekarang semuanya tinggal kenangan saja.

Perubahan iklim saat ini memberi tantangan sekaligus implikasi luar biasa bagi manusia dan kemanusiaan.

“Apabila Bumi meningkat suhunya diatas 1,5 derajat Celcius, implikasinya akan sangat luar biasa,” kata Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani dalam Conference Green on Green: Embarking New Trend of Environmental Economics, Sabtu (21/08).

Penulis: eL. krova


Sumber: https://www.bbc.com/news/science-environment-
Global Climate Risks Index 2021 by Germanwatch