SATUMERAHPUTIH.COM, JAKARTA – Sebuah berita yang ditulis Grace Seran mengenai praktik Islamisasi di Sumba dalam tajukflores.com viral di media sosial. Pada Kamis pagi (25/11/2021) berita yang telah dimuat juli 2021 lalu, itu sudah disebarkan berkali-kali di grup-grup wa. Pada awal tulisannya, Seran menyebut bahwa praktik Islamisasi di pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, itu sangat meresahkan kehidupan umat beragama setempat. Seran juga menulis bahwa praktik itu telah diketahui dan dikonfirmasi oleh Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI).

“Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) Petrus Selestinus, mengatakan, praktek islamisasi yang diduga dilakukan oleh kelompok Pejuang Subuh Sumba, Ustad Nababan di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) semakin meresahkan umat beragama setempat”,

Diketahui bahwa warga setempat resah karena praktik Islamisasi dilakukan dengan cara membujuk umat beragama setempat pindah agama dengan iming-iming materi.

“Padahal secara etika, praktek islamisasi di tengah masyarakat yang sudah beragama, terlebih-lebih dengan iming-iming fasilitas, tidak dapat dibenarkan, karena berpotensi mengganggu kerukunan umat beragama, toleransi dan kohesi sosial masyarakat, serta bertentangan dengan SKB Mendagri dan Menteri Agama No. 1 Tahun 1979,” kata Petrus dalam keterangannya sebagaimana dimuat dalam tajukflores.com.

Lebih lanjut Petrus menegaskan, apa yang dilakukan Ustad Nababan dan Pejuang Subuh Sumba telah mengusik toleransi warga lokal. Alasannya, islamisasi dilakukan ke kantong-kantong pemukiman warga NTT yang sudah beragama dengan pendekatan ekonomi.

Menurutnya, islamisasi di tengah umat penganut agama lain, dengan iming-iming fasilitas tertentu, bertentangan dengan budaya, tata-krama dan adat istiadat NTT. Juga bertentangan dengan SKB Menteri Agama dan Mendagri Nomor 1 Tahun 1979 Tentang Tata Cara Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri kepada Lembaga Keagamaan di Indonesia.

“Dan disebut-sebut menggunakan pola pendekatan materi, uang, beasiswa dan lain-lain,” bebernya.

Petrus menambahkan bahwa pendekatan Pejuang Subuh Sumba dan Ustad Nababan dalam Islamisasi di NTT, diduga memiliki agenda terselubung yaitu penyebaran paham radikal,

“Apakah penganut wahabi, HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) atau kelompok radikal lain, sehingga Pemda NTT, gereja, Nahdlatul ulama (NU), Muhamadiyah, dan lain-lain perlu melakukan penyelidikan dan penertiban, sebelum memicu konflik sosial yang kelak akan mengganggu toleransi di NTT,” jelasnya.

Petrus menambahkan, Islamisasi yang dilakukan oleh Pejuang Subuh Sumba, Ustad Nababan menyasar warga NTT yang sudah menganut agama Kristen, Katholik dan lain sebagainya. Cara ini berbeda dengan pola yang dilakukan oleh NU atau Muhamadiyah.

Selama ini proses Islamisasi oleh NU dan Muhamadiyah ke warga NTT itu dilakukan secara natural yaitu dengan mengedepankan aspek kekeluargaaan, budaya dan semangat saling menghargai di antara umat beragam.

“Secara natural, yaitu dengan semangat kerukunan, tanggang rasa, saling menghargai sesama umat beragama. Sehingga toleransi dan kohesi sosial masyarakat tetap terjaga,” ungkap Petrus.

Sumber berita: tajukflores.com.

Berita di atas telah tayang juga di timoronline.com